Polisi dan Forensik Bantah Turis Cina di Canggu Tewas Akibat Keracunan

BADUNG – Kepolisian Resor (Polres) Badung dan tim forensik membantah dugaan bahwa turis perempuan asal Cina, Deqing Zhuoga (25), yang ditemukan tewas di Clandestino Hostel Canggu pada 2 September 2025, meninggal dunia akibat keracunan.

Bantahan ini disampaikan setelah hasil pemeriksaan laboratorium kriminalistik dan toksikologi dirilis, meskipun sebelumnya beredar kabar bahwa korban dan turis lain mengalami gejala sakit setelah hostel tersebut menjalani fumigasi (pengasapan) untuk mengatasi kutu kasur.


Hasil Pemeriksaan Scientific Investigation

 

Kasat Reskrim Polres Badung, AKP Azarul Ahmad, menegaskan bahwa hasil investigasi ilmiah tidak mendukung dugaan keracunan.

  • Pestisida dan Racun Tidak Terdeteksi: Pemeriksaan laboratorium kriminalistik menunjukkan bahwa zat-zat berbahaya seperti racun, pestisida, arsenik, sianida, metanol, maupun alkohol tidak terdeteksi dalam tubuh korban.

  • Tidak Makan di Hostel: Berdasarkan rekaman CCTV, korban dipastikan tidak mengonsumsi makanan di restoran hostel. Hal ini mempersulit penentuan sumber infeksi atau keracunan, mengingat korban adalah solo traveler yang tidak makan bersama turis lain.

Temuan Dokter Forensik RSUP Prof Ngoerah

 

Dokter Forensik RSUP Prof Ngoerah, Kunthi Yulianti, memaparkan hasil pemeriksaan luar dan dalam jenazah Deqing:

  • Pemeriksaan Luar: Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.

  • Pemeriksaan Dalam: Ditemukan bercak-bercak kemerahan pada usus halus. Namun, tidak ditemukan cairan atau hasil pencernaan di lambung.

  • Uji Toksikologi: Sampel darah, urine, cairan lambung, hati, paru-paru, dan ginjal korban negatif mengandung pestisida, narkotika, metanol, etanol, sianida, dan arsenik.

  • Patologi Anatomi: Ditemukan pelebaran pembuluh darah pada hampir semua organ, dan sedikit penebalan dinding di arteri koroner jantung, namun tidak signifikan.

Penyebab Kematian Sulit Dipastikan

 

Kunthi Yulianti mengakui bahwa sebab kematian Deqing sulit diketahui secara pasti. Secara makroskopis, kematian akibat iritasi saluran pencernaan yang menimbulkan diare, serta mengakibatkan kekurangan cairan dan elektrolit, tidak dapat disingkirkan.

Namun, temuan ini juga memiliki kontradiksi:

“Pada pemeriksaan patologi anatomis, kurang mendukung adanya tanda-tanda dehidrasi berat,” jelas Kunthi, karena tidak ditemukan tanda spesifik seperti nekrosis tubular pada ginjal.

Pihak forensik juga telah mewawancarai keluarga korban yang menyatakan Deqing dalam kondisi sehat sebelum meninggal. Dokter Kunthi juga menyebut adanya keterbatasan untuk melakukan pemeriksaan biakan kuman (kultur kuman) karena lamanya waktu autopsi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *